Jumat, 04 Oktober 2013

M:01 Dreamin' Girls

Dreamin’ Girls
            Overture telah selesai. Sesaat sunyi melanda ruangan gelap ini, hanya terdengar suara langkahku dan degup jantungku yang seketika bertambah cepat. Mencari bloking nomor 0, tempat dimana aku harus berusaha memukau ratusan pasang mata yang sedari tadi menyaksikan ku dan teman-temanku memasuki panggung ini. Sialnya jantung ini tak henti-hentinya berdegup kencang. Lampu sorot warna biru menyala membasuhku dengan cahaya biru yang temaram. Senyum kukembangkan menyapa tatapan mata yang berbinar. Semuanya akan baik-baik saja, ya..baik-baik saja, kata terakhirku kepada jantungku sebelum ku mulai melantunkan lagu.

            Sorot lampu, musik dan tepukan tangan merdu mengawali sebuah lagu. Alunan nada ini begitu familiar di telinga ku. Mengajak badanku bergerak menari dan bernyanyi, membentuk sebuah kolaborasi dengan teman-teman yang bergerak anggun mengitariku. Ah, teman-teman? Kadang aku berpikir, apakah orang-orang di depanku ini memandangku, atau gadis di sebelah ku? Atau gadis di belakangku? Dengan pemikiran seperti ini bukankah lebih tepat bila aku sebut gadis-gadis ini rival? Saling berlomba menampilkan penampilan terbaik. Memberi senyum dan tatapan tulus seorang gadis untuk memenangkan hati tiap pasang mata di dalam ruangan ini. Berlomba memenangkan hati yang selalu meneriakkan nama gadis yang telah berhasil meluluhkan hatinya di tiap jeda lagu. Ya, dengan pandangan seperti itu, aku dan tiap gadis di panggung ini adalah Rival. Tetapi ketika ku merasakan dan melihat keringat yang menetes di atas panggung seiring dengan tarian kami ini berkata lain. Keringat ini adalah bukti dari usaha gadis-gadis yang dipersatukan oleh mimpi yang sama. Di atas panggung ini kami berlatih untuk menari dan menyanyikan lagu ini ratusan kali. Melupakan rasa lelah sepulang sekolah demi membuat mimpi kami menjadi seorang idol menjadi kenyataan. Ya, keringat dan air mata ini lah yang membuat kami kuat, dan lebih dari itu, keringat dan air mata ini membuat kami menjadi teman..ah tidak..lebih tepatnya sahabat.

            Sekali waktu aku menoleh ke arah sahabat di sebelahku. Kami bertatapan dan kemudian tersenyum satu sama lain seakan saling memberikan semangat satu sama lain. Memang dibutuhkan semangat untuk tetap berdiri di panggung ini, dan dibutuhkan lebih banyak lagi semangat untuk mengejar mimpi kami untuk menjadi seorang idol yang sesungguhnya. Kami pernah bermimpi bahwa suatu hari nanti kami dapat melakukan show di atas panggung yang besar, jauh lebih besar dari panggung ini. Menari dan menyanyikan lagu kami dengan bermandikan gemerlap lampu sorot yang indah. Membayangkan diriku melambaikan tangan menghadap lautan penonton yang riuh ramai. Ya, itu semua adalah mimpi yang menunggu untuk kami wujudkan. Dan dari panggung kecil ini kami memulai, dari depan cermin latihan kami berusaha mewujudkan mimpi itu. Aku yakin, aku dan sahabat-sahabatku ini pasti bisa mewujudkan mimpi itu, yang harus kami lakukan adalah beusaha sekuat tenaga dan saling memberikan semangat satu sama lain. Ah, tapi yang paling penting dan tak tergantikan adalah mereka, ya mereka yang berada tepat di depan kami ini, mereka yang kami sebut fans. Tanpa mereka mimpi kami hanyalah menjadi mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan.

            Ratusan pasang mata yang tertutup kegelapan ruangan tak henti-hentinya mengikuti tiap inci gerakan ku, paling tidak aku merasa begitu. Tetapi yang pasti ada seseorang yang memandangiku dari sudut gelap ruangan ini. Kadang ku lihat seberkas senyum dan tatapan penuh arti dari seseorang itu ketika cahaya lampu menyapu tiap wajah-wajah berhias senyum penuh harap. Tiap orang dalam ruangan ini mempunyai cerita dan alasan mereka sendiri untuk berada di dalam ruangan penuh mimpi ini, termasuk aku dan orang itu..ya seorang laki-laki yang berdiri di seberang ruangan sana itu. Cerita yang aku dan anak laki-laki itu mulai di luar sana, yang pada akhirnya menjadi sebuah alasan untuknya datang ke tempat ini. Aku selalu menemukannya disana tiap aku berdiri di panggung ini. Konsentrasiku sedikit buyar, jantung berdebar, dan ada perasaan aneh  ketika ku menyadari keberadaannya. Aku tidak mau mengakui nya, tetapi apakah ini yang mereka sebut ‘Cinta’? Apakah salah bagi seorang gadis sepertiku untuk suka kepada seorang laki-laki?

            Kualihkan pandangan ku sejenak, menyapu seluruh sisi ruangan dengan satu gerakan tari yang kuusahakan untuk terlihat seanggun mungkin. Terlihat kembali pandangan-pandangan fans yang antusias, gerakan anggun dari sahabat-sahabat seperjuangan ku, peluh yang menetes melewati paras-paras cantik mereka. Mengingatkan ku kembali akan mimpi dan alasan ku berdiri di atas panggung ini. Mimpi yang harus ku perjuangkan dengan segenap waktu dan tenaga, yang akan runtuh bila aku salah memberikan cinta ini. Ya, cinta ini adalah sesuatu yang berharga bagi ku sebagai seorang gadis pemimpi. Tetapi kepada siapa cinta ini harus kuberikan? Kepada siapa cinta seorang idol harus diberikan??


            Lampu sorot berwarna putih seakan mendengar pertanyaan ku dan memberikan jawaban untuk ku dengan kembali menyapu muka-muka yang sedari tadi tersenyum bahagia di dalam kegelapan. Ku rasa itu jawabannya. Seorang idol akan memberikan cinta nya yang berharga untuk fansnya. Kepada mereka yang dengan sepenuh hati meluangkan waktu, tenaga, dan materi untuk mendukung ku agar bisa tetap berada di atas panggung ini. Agar seorang gadis ini bisa meraih mimpinya. Lalu, bagaimana dengan anak laki-laki di ujung ruangan itu? Yang jelas saat ini aku tidak bisa. Mungkin lebih baik aku pendam dalam-dalam rasa ini. Apakah dia akan mengerti? Aku tidak tahu. Biarkan sang waktu yang akan menjawab. Akankah rasa ini akan pudar ataukah rasa ini akan terus ada dan bertahan sampai waktunya tiba nanti? Sudahlah.. sekarang lagu sudah sampai pada baris terakhir, lebih baik ku lantunkan lirik terakhir lagu ini . . . “Dreaming Girls”.

Inspired from "Dreamin' Girls" by JKT48 Team KIII