Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com#TiketBaliGratis.
Menunggu
Aku melihat orang-orang mengerumuninya. Gusar dan panik. Motor yang tadi terpelanting menindih pengendaranya. Rico berdiri kembali, menghampirinya. Menelantarkan motor nya yang beberapa menit lalu terserempet pengendara gila.
Ambulan datang tidak lama kemudian, dia segera dilarikan ke UGD. Rico dan aku duduk di sebelahnya di dalam ambulan. Cemas. Dia pingsan, luka berantakan di beberapa bagian tubuhnya, darah mengalir cukup mencemaskan. Untung helm menyelamatkan parasnya yang manis itu. Iya, parasnya manis, sampai cinta ku jatuh di pandangan pertama hingga kini.
Dokter dan perawat berlarian semenjak dia mendarat di kasur ruang UGD. Apakah parah? aku tidak tahu. aku hanya bergeming di sebelahnya. Rico sibuk menghubungi keluarganya. Aku bersyukur ada Rico di sisi nya saat ini, maksudku aku bersyukur dia memilih Rico sebagai pacarnya, Rico dapat diandalkan. Cemburu? ya aku cemburu. tapi aku bisa apa?
Setelah dua jam berlalu dokter menghampiri Rico dan ayah-ibunya yang sudah datang. Aku ikut bergabung d sana untuk mendengarkan. Cemas. Sangat Cemas.
"Anak ibu baik-baik saja, tadi sempat kritis tapi sekarang sudah baik-baik saja, anak ibu kuat." kata dokter.
Senyum terkembang di wajah mereka. Wajah Rico, wajah orang tuanya. Namun tidak denganku. Ini berarti aku harus menunggu lagi. Tapi tidak apa-apa, aku akan menunggunya walau 1000 tahun lamanya. Menunggunya untuk dia bisa bersamaku di dunia ini.
Rabu, 18 Februari 2015
Selasa, 17 Februari 2015
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program
Raja memejamkan mata, kedua tangannya mencengkram erat sebuah bola basket. Mencoba fokus, sekuat tenaga mencoba menenangkan degub jantungnya yang sedari tadi makin terpompa cepat.
"Hei Champ, kamu pasti bisa, kamu sudah sampai sejauh ini, tinggal satu langkah lagi kamu bisa angkat piala itu." suara lembut wanita terdengar berbisik di telinga Raja. Belaian lembut di pundak nya tiba-tiba menciptakan kehangatan yang menjalar, membuat Raja sedikit tenang.
"Makasih. Kalau aku nanti berhasil bawa piala itu, akan aku persembahkan piala itu buat kamu." Kata Raja. Tersenyum, tangan nya menyambut belai tangan wanita di pundaknya.
"Hahaha, kalau? Aku yakin kamu bisa bawa pulang piala itu."
"Hahaha, i'll do my best." kata Raja seraya memutar roda dari kursi rodanya menuju tengah lapangan basket.
Simulasi Kompetisi Menulis
I'll Do My Best
"Hei Champ, kamu pasti bisa, kamu sudah sampai sejauh ini, tinggal satu langkah lagi kamu bisa angkat piala itu." suara lembut wanita terdengar berbisik di telinga Raja. Belaian lembut di pundak nya tiba-tiba menciptakan kehangatan yang menjalar, membuat Raja sedikit tenang.
"Makasih. Kalau aku nanti berhasil bawa piala itu, akan aku persembahkan piala itu buat kamu." Kata Raja. Tersenyum, tangan nya menyambut belai tangan wanita di pundaknya.
"Hahaha, kalau? Aku yakin kamu bisa bawa pulang piala itu."
"Hahaha, i'll do my best." kata Raja seraya memutar roda dari kursi rodanya menuju tengah lapangan basket.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program
Simulasi Kompetisi Menulis
Setia
"Rona..mau kah kamu jadi pacarku?" kata seorang laki-laki berlutut di hadapan Rona dengan sekuntum bunga mawar merah di tangannya yang terjulur mantap untuk Rona.
". . . maaf. Aku gak bisa." balas Rona seraya menarik tangan sahabatnya itu agar ia berdiri menyudahi aksi romantisnya.
"Rona..aku serius. Aku sayang sama kamu. Lupakan dia. Dia udah gak ada."
"A..aku gak tau kamu ngomong apa. Aku sayang dia, dan dia selalu ada."
Sosok laki-laki di samping Rona tersenyum, terharu melihat Cinta kekasihnya yang masih setia dan ada untuknya. Tak luntur walau mereka sudah beda dunia.
Setia
"Rona..mau kah kamu jadi pacarku?" kata seorang laki-laki berlutut di hadapan Rona dengan sekuntum bunga mawar merah di tangannya yang terjulur mantap untuk Rona.
". . . maaf. Aku gak bisa." balas Rona seraya menarik tangan sahabatnya itu agar ia berdiri menyudahi aksi romantisnya.
"Rona..aku serius. Aku sayang sama kamu. Lupakan dia. Dia udah gak ada."
"A..aku gak tau kamu ngomong apa. Aku sayang dia, dan dia selalu ada."
Sosok laki-laki di samping Rona tersenyum, terharu melihat Cinta kekasihnya yang masih setia dan ada untuknya. Tak luntur walau mereka sudah beda dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)