Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com#TiketBaliGratis.
Menunggu
Aku melihat orang-orang mengerumuninya. Gusar dan panik. Motor yang tadi terpelanting menindih pengendaranya. Rico berdiri kembali, menghampirinya. Menelantarkan motor nya yang beberapa menit lalu terserempet pengendara gila.
Ambulan datang tidak lama kemudian, dia segera dilarikan ke UGD. Rico dan aku duduk di sebelahnya di dalam ambulan. Cemas. Dia pingsan, luka berantakan di beberapa bagian tubuhnya, darah mengalir cukup mencemaskan. Untung helm menyelamatkan parasnya yang manis itu. Iya, parasnya manis, sampai cinta ku jatuh di pandangan pertama hingga kini.
Dokter dan perawat berlarian semenjak dia mendarat di kasur ruang UGD. Apakah parah? aku tidak tahu. aku hanya bergeming di sebelahnya. Rico sibuk menghubungi keluarganya. Aku bersyukur ada Rico di sisi nya saat ini, maksudku aku bersyukur dia memilih Rico sebagai pacarnya, Rico dapat diandalkan. Cemburu? ya aku cemburu. tapi aku bisa apa?
Setelah dua jam berlalu dokter menghampiri Rico dan ayah-ibunya yang sudah datang. Aku ikut bergabung d sana untuk mendengarkan. Cemas. Sangat Cemas.
"Anak ibu baik-baik saja, tadi sempat kritis tapi sekarang sudah baik-baik saja, anak ibu kuat." kata dokter.
Senyum terkembang di wajah mereka. Wajah Rico, wajah orang tuanya. Namun tidak denganku. Ini berarti aku harus menunggu lagi. Tapi tidak apa-apa, aku akan menunggunya walau 1000 tahun lamanya. Menunggunya untuk dia bisa bersamaku di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar