"Dan..gw barusan putus."
"Serius lo Sar? Terus lo lagi di mana sekarang?"
"Gw lagi di Kamar."
"Mau gw telpon? ato gw perlu ke rumah lo??"
"Telpon aja."
"Oke..gw beli pulsa dulu. Lo masih punya Coklat kan? Makan itu dulu."
"Cepet."
"Ok2."
Chatting tak terduga dari teman ku. Sari. Tak ku sangka dia akan putus dengan pacarnya. Walaupun aku tau akhir-akhir ini dia sedang bertengkar dengan pacarnya. tapi tak ku sangka dia putus. benar-benar putus. Pasti sekarang dia sedang menangis di kamarnya.
Aku segera berlari ke warung depan rumah untuk membeli pulsa, semoga 50ribu cukup, tapi aku tidak yakin. Selalu jauh dari kata bosan saat aku ngobrol berdua dengannya, kadang ngobrol hingga larut, sampai pulsa habis atau battre habis duluan.
Tapi saat ini satu hal yang membuatku bingung, kenapa aku tidak sedih ketika tahu Sari putus? Sebagai sahabatnya seharusnya aku sedih, berempati, ikut merasakan kesedihannya. Aneh, yang sekarang aku rasakan adalah lega dia putus. Tak lagi bersama lelaki yang aku tidak yakin dia bisa buat Sari bahagia. Sebagai sahabatnya, sahabat yang sangat dekat dengannya aku tak akan membiarkan ia jatuh ketangan laki-laki yang tidak bisa buat dia bahagia.
Aku tidak yakin ada lelaki yang bisa buat dia bahagia, karena itu aku yang akan buat dia bahagia. Tetapi waktu itu Sari lebih memilih orang lain. Bukan salah Sari memilih dia, karena aku yang tak bernyali menyatakan maksudku membahagiakannya. Ya, aku tidak yakin waktu itu. Tapi kini, setelah merasakan sakitnya melihat dia dengan orang lain dan dikecewakan, aku akan memeranikan diriku. Aku akan membahagiakannya, aku akan mengatakannya. Tapi saat ini yang terpenting adalah mamunguti serpihan-serpihan hatinya yang berserakan, menatanya, memperbaikinya, agar siap tuk ku miliki.
#FF2in1
Keren.. :')
BalasHapusKisah nyata? Hehehe. :')
Nyata di benak saya tadi. hahaha :p
Hapus