Dreamin’ Girls
Overture telah selesai. Sesaat sunyi
melanda ruangan gelap ini, hanya terdengar suara langkahku dan degup jantungku
yang seketika bertambah cepat. Mencari bloking nomor 0, tempat dimana aku harus
berusaha memukau ratusan pasang mata yang sedari tadi menyaksikan ku dan
teman-temanku memasuki panggung ini. Sialnya jantung ini tak henti-hentinya
berdegup kencang. Lampu sorot warna biru menyala membasuhku dengan cahaya biru
yang temaram. Senyum kukembangkan menyapa tatapan mata yang berbinar. Semuanya
akan baik-baik saja, ya..baik-baik saja, kata terakhirku kepada jantungku
sebelum ku mulai melantunkan lagu.
Sorot lampu, musik dan tepukan
tangan merdu mengawali sebuah lagu. Alunan nada ini begitu familiar di telinga
ku. Mengajak badanku bergerak menari dan bernyanyi, membentuk sebuah kolaborasi
dengan teman-teman yang bergerak anggun mengitariku. Ah, teman-teman? Kadang
aku berpikir, apakah orang-orang di depanku ini memandangku, atau gadis di
sebelah ku? Atau gadis di belakangku? Dengan pemikiran seperti ini bukankah
lebih tepat bila aku sebut gadis-gadis ini rival? Saling berlomba menampilkan
penampilan terbaik. Memberi senyum dan tatapan tulus seorang gadis untuk
memenangkan hati tiap pasang mata di dalam ruangan ini. Berlomba memenangkan
hati yang selalu meneriakkan nama gadis yang telah berhasil meluluhkan hatinya
di tiap jeda lagu. Ya, dengan pandangan seperti itu, aku dan tiap gadis di
panggung ini adalah Rival. Tetapi ketika ku merasakan dan melihat keringat yang
menetes di atas panggung seiring dengan tarian kami ini berkata lain. Keringat
ini adalah bukti dari usaha gadis-gadis yang dipersatukan oleh mimpi yang sama.
Di atas panggung ini kami berlatih untuk menari dan menyanyikan lagu ini
ratusan kali. Melupakan rasa lelah sepulang sekolah demi membuat mimpi kami
menjadi seorang idol menjadi kenyataan. Ya, keringat dan air mata ini lah yang
membuat kami kuat, dan lebih dari itu, keringat dan air mata ini membuat kami
menjadi teman..ah tidak..lebih tepatnya sahabat.
Sekali waktu aku menoleh ke arah
sahabat di sebelahku. Kami bertatapan dan kemudian tersenyum satu sama lain
seakan saling memberikan semangat satu sama lain. Memang dibutuhkan semangat
untuk tetap berdiri di panggung ini, dan dibutuhkan lebih banyak lagi semangat untuk
mengejar mimpi kami untuk menjadi seorang idol yang sesungguhnya. Kami pernah
bermimpi bahwa suatu hari nanti kami dapat melakukan show di atas panggung yang
besar, jauh lebih besar dari panggung ini. Menari dan menyanyikan lagu kami
dengan bermandikan gemerlap lampu sorot yang indah. Membayangkan diriku
melambaikan tangan menghadap lautan penonton yang riuh ramai. Ya, itu semua
adalah mimpi yang menunggu untuk kami wujudkan. Dan dari panggung kecil ini
kami memulai, dari depan cermin latihan kami berusaha mewujudkan mimpi itu. Aku
yakin, aku dan sahabat-sahabatku ini pasti bisa mewujudkan mimpi itu, yang
harus kami lakukan adalah beusaha sekuat tenaga dan saling memberikan semangat
satu sama lain. Ah, tapi yang paling penting dan tak tergantikan adalah mereka,
ya mereka yang berada tepat di depan kami ini, mereka yang kami sebut fans.
Tanpa mereka mimpi kami hanyalah menjadi mimpi yang tidak akan menjadi
kenyataan.
Ratusan pasang mata yang tertutup
kegelapan ruangan tak henti-hentinya mengikuti tiap inci gerakan ku, paling
tidak aku merasa begitu. Tetapi yang pasti ada seseorang yang memandangiku dari
sudut gelap ruangan ini. Kadang ku lihat seberkas senyum dan tatapan penuh arti
dari seseorang itu ketika cahaya lampu menyapu tiap wajah-wajah berhias senyum penuh
harap. Tiap orang dalam ruangan ini mempunyai cerita dan alasan mereka sendiri
untuk berada di dalam ruangan penuh mimpi ini, termasuk aku dan orang itu..ya
seorang laki-laki yang berdiri di seberang ruangan sana itu. Cerita yang aku
dan anak laki-laki itu mulai di luar sana, yang pada akhirnya menjadi sebuah
alasan untuknya datang ke tempat ini. Aku selalu menemukannya disana tiap aku
berdiri di panggung ini. Konsentrasiku sedikit buyar, jantung berdebar, dan ada
perasaan aneh ketika ku menyadari keberadaannya.
Aku tidak mau mengakui nya, tetapi apakah ini yang mereka sebut ‘Cinta’? Apakah
salah bagi seorang gadis sepertiku untuk suka kepada seorang laki-laki?
Kualihkan pandangan ku sejenak,
menyapu seluruh sisi ruangan dengan satu gerakan tari yang kuusahakan untuk
terlihat seanggun mungkin. Terlihat kembali pandangan-pandangan fans yang
antusias, gerakan anggun dari sahabat-sahabat seperjuangan ku, peluh yang
menetes melewati paras-paras cantik mereka. Mengingatkan ku kembali akan mimpi
dan alasan ku berdiri di atas panggung ini. Mimpi yang harus ku perjuangkan dengan
segenap waktu dan tenaga, yang akan runtuh bila aku salah memberikan cinta ini.
Ya, cinta ini adalah sesuatu yang berharga bagi ku sebagai seorang gadis
pemimpi. Tetapi kepada siapa cinta ini harus kuberikan? Kepada siapa cinta
seorang idol harus diberikan??
Lampu sorot berwarna putih seakan
mendengar pertanyaan ku dan memberikan jawaban untuk ku dengan kembali menyapu
muka-muka yang sedari tadi tersenyum bahagia di dalam kegelapan. Ku rasa itu
jawabannya. Seorang idol akan memberikan cinta nya yang berharga untuk fansnya.
Kepada mereka yang dengan sepenuh hati meluangkan waktu, tenaga, dan materi
untuk mendukung ku agar bisa tetap berada di atas panggung ini. Agar seorang
gadis ini bisa meraih mimpinya. Lalu, bagaimana dengan anak laki-laki di ujung
ruangan itu? Yang jelas saat ini aku tidak bisa. Mungkin lebih baik aku pendam
dalam-dalam rasa ini. Apakah dia akan mengerti? Aku tidak tahu. Biarkan sang
waktu yang akan menjawab. Akankah rasa ini akan pudar ataukah rasa ini akan
terus ada dan bertahan sampai waktunya tiba nanti? Sudahlah.. sekarang lagu
sudah sampai pada baris terakhir, lebih baik ku lantunkan lirik terakhir lagu
ini . . . “Dreaming Girls”.
Inspired from "Dreamin' Girls" by JKT48 Team KIII