Amazing Morning
“Haatcchiiim.!!” Dingin sekali..
Tentu saja dingin, siapa yang tidak kedinginan bila bersepeda pukul
04.00 pagi di awal musim dingin seperti ini. Sampai detik ini aku masih heran
pada diriku sendiri. Bisa-bisanya seorang Rico yang dikenal orang suka bangun
siang bisa mengayuh sepedanya pada pukul 04.00 pagi. Yang jelas semua ini
berasal dari pertanyaan iseng ku kemarin sore di sekolah.
Kemarin sore sepulang sekolah aku, Dean, Aria dan Eno seperti biasa
pulang bersama-sama menuju halte bus di dekat sekolah. Seperti biasa juga kami
ngobrol-ngobrol disana. Semua hal bisa menjadi obrolan, dari hal-hal mengenai
pelajaran, pakaian orang yang lewat, trayek bus, sampai dengan cinta, kami
obrolkan di sana. Sering kali salah satu dari kami harus melewatkan bus karena
keasikan ngobrol. Tapi tidak untuk sore kemarin, Dean harus cepat-cepat pulang
karena ia harus pergi nanti malam, Eno juga, sebagai pacar yang baik ia harus
menemani Dean sampai rumahnya dengan selamat. Hal yang bodoh dan merepotkan
menurutku. Jadi sore itu tinggal aku dan Aria di halte itu.
“Huft, enak ya punya pacar..kemana-mana ada yang nganterin.” Celetuk Aria
melihat Dean dan Eno yang duduk manis di dalam bis yang mulai berjalan.
“Kalo cewek mah enak, lha kalo cowok..kan repot banget kalo antar-jemput
gitu.” Balasku
“Fuuuh..Cuma kamu yang begitu, Dasar Rico pemalas.!!” Aria menghela
nafas dan mengataiku, sepertinya dia tersinggung.
“Eh, gimana sekolah hari ini?” aku mencoba mengganti topik.
“Emm..gimana ya? Biasa sih..gak ada yang special. Kecuali, tadi ada
ulangan mendadak. Selain itu, biasa saja..” cerita Aria.
“Sama, aku juga. Pagi hari berangkat, duduk, dengerin guru ngajar,
istirahat, ketemu kalian, belajar lagi, istirahat lagi, ketemu kalian lagi, belajar
lagi dan pulang. Udah gitu doing idup ku seharian.”
“Hahahaha, monoton banget ya idup kamu Co.” canda Aria.
“yeee, malah diketawain sih, tapi bener deh akhir-akhir ini ak ngrasa
hidup ku tuh monoton banget. Pengen ngapain gitu biar gak monoton. Gimana ya
biar bisa gak biasa-biasa gini? Pengen sesuatu yang luar biasa..hahaha. ” Kataku sedikit curhat.
“Ya gitu tu idupnya orang males, hahahaha.” Canda Aria lagi. Tapi bukannya
tersinggung malah aku ikut tersenyum.
Tawa Aria memang lain. Tawa Aria itu..manis.
“Dasar Aria, gak bisa diajak ngobrol serius ni. Eh, itu bis kamu kan?
Mau naik sekarang?”
“Emm..iya deh..udah laper juga, pengen makan di rumah.” Kata Aria
sambil berdiri menyambut bis yang
datang.
“Ati-ati ya.” Balasku
“iya..tau..” Aria kemudian naik bis dan pergi. Begitu juga aku setelah
datang bis berikutnya.
------------------------
Malam hari setelah percakapan tadi aktifitas di rumah juga berjalan
seperti biasa. Mandi, makan, nonton TV di ruang tengah dan karena besok hari
libur aku putuskan dengan bermain Game. Game malam itu adalah hal yang paling
berwarna dalam hari itu. Sedang asik bermain game tiba-tiba HP berbunyi, dan
kau tau siapa yang menelepon? Aria..
“Halo, Aria?”
“ Ha..halo Rico..”
“Kenapa? Tumben telepon?”
“Emm..masih inget yg tadi kita omongin?”
“Apa?”
“Itu..ttg idup kamu yg monoton.”
“Ah, itu..kenapa emang?”
“Emm..masih mau gak ngrasain yang luar biasa? Aku tau caranya, Hahaha..”
“Yam au lah, gimana caranya? Beneran gak tuh tapi..
“BENERAN.!! Mau gak?
“Gimana?”
“Kamu ada Sepeda kan? Nah, besok jam 04.00 kamu ke rumah ku, jemput aku.”
“Haaa? Jam 04.00? Pake sepeda ke rumah kamu?”
“Iya, ya udah ya..ak tunggu besok.!!”
“Tapi..tapi..”
Tut-tut-tut..Mustahil, mana bisa aku bangun jam segitu, dan
rumah Aria juga jauh, 15 menit pake sepeda, itu jauh. Tapia apa iya aku mau
buat Aria menunggu? Aku juga penasaran, mau apa besok. Tapi sejujurnya aku
lebih tidak bisa lihat Aria kecewa.
Setelah itu hal yang aneh terjadi padaku, pertama aku berhenti bermain
game dan mematikan komputerku, yang kedua jam 21.00 aku tidur. Sungguh aneh..
--------------------------------
Pukul 04.00 pagi aku berangkat ke
rumah Aria, meninggalkan Ibku yang terheran-heran di rumah. Dingin sekali pagi
ini, itulah mengapa aku malas bangun
pagi. Tapi pagi ini..aneh.
Kukayuh maju sepedaku secepat mungkin dan semampu mungkin
supaya cepat sampai, dingin sekali. Dan
sekitar 15 menit kurang aku sudah sampai di rumah Aria. Dan Aria sudah ada di
depan pintu rumah, dia tampak sudah siap, dia juga membawa tas punggung kecil.
“Aria..”
“Heee, Rico? Gimana? Bangun pagi luar biasa kan? Hahahaha”
“Gak lucu Ariaaa..kita mau ke mana sih?”
“Emm, Rahasiaaa..udah nurut aja ntar.”
“Ya udah, ayo berangkat.”
“PAH, MAH ARIAA BRANGKAT DULU.!!” Seru Aria pamit ke kedua orang tuanya
seraya menghampiriku dan naik di boncengan belakang sepedaku.
“Yaaa, Hati-hati, Salam juga buat Dean dan Eno ya.” Kata Ibu Aria dari
dalam rumah.
“Eh, Dean dan Eno juga ikut?”
“Enggak.” Kata Aria pelan.
----------------------------------------------------------
Selama perjalanan Aria menunjukkan jalan. Kami melewati keramaian-keramaian
kecil di pagi hari. Selama perjalanan ada yang berbeda, tidak sedingin tadi.
Apakah karena langit yang sudah mulai berwarna atau karena..Aria? Ah,
sudahlah..
Hampir 20 menit aku mengayuh sepeda, capek juga ternyata.
Bruk.!! Tiba-tiba sepedaku oleng dan kami jatuh terduduk di tengah jalan.
“Aduh.!! Batu sialan..”
“Aduh..Sakit..”
“Aria, kamu gak apa-apa? Maap aku gak liat ada batu di situ.”
“Hehe, gak apa-apa kok..harusnya aku yang minta maaf, kan aku yang
ngajak kamu ngobrol terus.”
“Ah iya, ini salah kamu berarti..hahahaha..” kataku menggoda.
“Ih, kok malah gitu..gak jadi.! Salah kamu aja.!!”
“Hahahaha, ya udah ayo brangkat lagi.”
“Yuk..”
Lanjut..kukayuh lagi sepedaku dan sepertinya aku sudah tau ini jalan
kemana.
“Ah, itu tu..berhenti di situ ya Rico.” Kata Aria sambil menunjuk warung
kecil yang menjual roti bakar di pinggir jalan.
Aria Turun dan memesan dua roti bakar. Satu rasa Strawberry kesukaannya
dan Coklat rasa kesukaanku, Aria tahu. Setelah memesan, Aria memasukkan roti
bakar itu kedalam tas nya.
“Aria, masih jauh gak? Ini arah pantai kan?”
“Iya, Udah deket kok..Semangat.!!”
“Yuk lanjut.”
“Eh, bentar..” Aria mengeluarkan sapu tangan dan menyeka muka ku yang
penuh keringat karena dari tadi
mengayuh sepeda. Setelah itu kulanjutkan lagi mengayuh sepeda, jantungku
berdebar kencang sekarang.
Tidak lama kmudian, pemandangan tiba-tiba berubah, pantai terlihat
begitu luas dan indah dengan awan yang mulai tampak bergulung-gulung di atas
langit yang masih belum begitu berwarna.
“indah ya..”
“ini belum seberapa. Rico, berhenti di sana ya..” Kara Aria menunjuk
sebuah mercu suar yang ada di pinggir bukit batu.
“kita mau naik ke sana? Boleh?”
“Iya, boleh kok. Ayah ku sudah bilang ke penjaganya.”
Aku memarkirkan sepedaku di bawah Mercu Suar itu, tanpa kusadari matahari
sudah mengintip dengan indahnya di balik cakrawala, mulai mewarnai langit dan
awan dengan sinarnya.
“Ayo cepat, udah mulai Sunrise.!!” Kata Aria penuh semangat. Aria
menarik tanganku, dan kami menaiki tangga mengelilingi Mercu Suar untuk sampai
ke atas.
“Aaaaaahhh, indah banget.!!” Kata Aria dengan senyum lebar di mukanya
yang diterpa sinar mentari pagi.
“Iya indah..”
“Nih, Roti kamu..Eh, Gimana? Luar biasa kan? Gak monoton kan pagi kamu
hari ini?”
“Iya..luar biasa..Terima kasih ya” Mata kami bertemu. Sekejap kulihat
mata Aria, senyum Aria dan rambutnya yang terurai ditiup angin. Luar biasa
indahnya.
Kami diam untuk beberapa menit, menikmati roti bakar, sebotol air
mineral yang Aria bawa dan Sunrise yang mulai meninggi. Sungguh luar biasa pagi
itu.
Hatiku yang terdalam masih belum cukup dengan keajaiban pagi ini. Masih
ada satu hal yang bisa membuat pagi ini, hidup ini, lebih luar biasa, lebih
sempurna. Angin yang terus membelai wajahku pun berbisik seperti itu. Sinar
Sunrise yang hangat juga mendukungku. Apakah aku harus melangkah, melanggar
batas bernama persahabatan?
“A..A.Aria..”
“Apa?”
“Apa masih ada hal lain yang bisa membuat hariku lebih indah? Lebih luar
biasa?”
“Ha? Apa ya? Emang ada yang lebih indah dari ini? Yang lebih luar biasa
dai ini?”
“Ada..orang-orang menyebut itu Cinta.”
“Rico..”
“Aria, aku menemukan Cinta ku pada dirimu..Aku Cinta kamu Aria.!!”
“Aria, apakah kamu mau jadi Cintaku?”
-------------------------------------------------
Sepertinya aku harus mencabut kata-kataku tentang Eno sekarang. Terima
kasih Tuhan. Pagi itu Luar Biasa..Sempurna.